NAMA :
SARTIKA TOWAPO
NIM :
291 413 035
JURUSAN :
ILMU KOMUNIKASI
TUGAS UTS :
STRATEGI MEDIA
1 Pengantar
strategi media
Dalam
Teori Media Klasik Marshall McLuhan, mengatakan bahwa manusia beradaptasi
terhadap lingkungan melalui keseimbangan atau rasio pemahaman tertentu, dan
media utama dari massa tersebut mengahadirkan rasio pemahaman tertentu yang
mempengaruhi persepsi. Didalam teori
Komunikasi - LittleJohn pada Teori Media Baru Pada tahun
1990, Mark Poster meluncurkan buku besarnya, The Second Media Age, yang
menandai periode baru dimana teknologi interaktif dan komunikasi jaringan,
khususnya dunia maya akan mengubah masyarakat. Teori Komunikasi – LittleJohn. Pengertian Hubungan pers (press
relations) adalah upaya-upaya untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang
maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan
pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dan organisasi atau perusahaan yang
bersangkutan. Hubungan dengan Pers Wilayah PR yang paling mencolok adalah
hubungan dengan pers, karena dalam masyarakat industri yang sudah bebas buta
huruf, pers merupakan wahana komunikasi massa yang utama. Public Relation –
Naniek Afrillia Framanik Media yang digunakan, Media cetak (koran, majalah, dll), Media elektronik (TV, radio, dll), Media online.
Semua
petugas harus punya sikap dasar dalam relasi media: “Melayani media”. Sering
dijumpai, petugas kehumasan bersikap siaran pers yang dikirimkan ke media harus
dimuat persis seperti apa adanya, tanpa perubahan. Seolah-olah merupakan suatu
dekrit resmi yang harus dimuat persis sama. Public Relation – Naniek Afrillia
Framanik Prinsip-prinsip Menciptakan dan Membina Hubungan Pers dengan
Baik. Memahami dan melayani media
Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya Menyediakan salinan yang
baik Bekerja sama dalam penyediaan materi. Menyediakan fasilitas verifikasi Membangun hubungan personal
yang kokoh. Beberapa
Hal yang Sangat Penting dilakukan Praktisi PR. Hubungan PR dengan wartawan bersifat
profesional. PR harus mengetahui seluk-beluk dunia wartawan atau jurnalisme,
termasuk irama kerja wartawan di tiap jenis media massa serta fungsi media
massa. PR juga harus/perlu memiliki kemampuan praktik jurnalisme, PR harus
mampu mengenal wartawan dan redaktur secara personal. PR jangan bersikap
diskriminatif terhadap wartawan/media massa.
Di era
sekarang ini, media memiliki peran dalam menyampaikan berita fakta atupun
sebagai penyebar informasi dari berbagai pihak yang berkepentingan. Disinilah
peran media harus jelas dan berimbang, disatu sisi media berperan sebagai
jembatan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar, sebaliknya disisi
lain media juga berperan menyebarkan suatu informasi tertentu untuk kepentingan
pihak tertentu kepada masyarakat. Pada jaman sekarang telah berkembang pesat berbagai macam
jenis media massa. Mulai dari televisi, radio, surat kabar, dan lain sebagainya
dapat dimanfaatkan sebagai media di era informasi media untuk saat sekarang. Sehingga
media merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Peran media yang sebagai pemenuhan
kebutuhan masyarakat akan informasi yang benar adalah hal utama yang harus
dilakukan media, dari sinilah asas orang-orang media yang independent,
non-partisan, menjunjung kode etik jurnalis dijalankan. Lebih dari pada itu,
seorang jurnalis atau wartawan harus memiliki berbagai pengetahuan yang merata
di segala bidang, teritama dibidang dimana seorang wartawan ditempatkan.
Public
Relations dalam suatu organisasi/perusahaan harus menjalin hubungan baik dengan
pihak media. Hal ini penting, karena disatu sisi pihak media mendapatkan sumber
berita yang berkualitas dengan penjelasan yang detail tanpa harus menganalisis
berita, kemudian disisi lain pihak perusahaan mendapatkan kesempatan untuk
mempublikasikan diri di media yang bersangkutan. Untuk kedepannya kedua pihak harus
terus bekerjasama, karena dengan itulah salah satu alternative dari kedua belah
pihak dapat tercapai, yaitu publikasi yang didapatkan perusahaan, khususnya
pihak Public Relations untuk menjelaskan secara detail tentang perusahaannya
diberbagai media, sedangkan lingkungan media terus mendapatkan tantangan dengan
semakin berkembangnya era informasi, sehingga liputan berkualitas yang dapat
memberikan informasi kepada masyarakat dapat dipenuhi.
Didalam strategi
media itu ada yang namanya perencanaan media. Perencanaan media merupakan
proses penyusunan rencana penjadwalan yang menunjukkan bagaimana waktu dan
ruang periklanan akan mencapai tujuan pemasaran. Perencanaan media harus
dikooordinasikan dengan strategi pemasaran dan aspek-aspek lain dari strategi
periklanan. Di samping itu juga Strategi Media Menentukan Tujuan Media, dasar
perencanaan media; Jangkauan Persentase audiens sasaran yang diekspos sekurang
- kurangnya satu kali dengan pesan pemasang iklan selama jangka waktu tertentu.
Beberapa faktor yang menentukan jangkauan kampanye pemasangan iklan: Banyaknya
media yang digunakan, Jumlah dan keragaman sarana media yang digunaka, Pembedaan bagian-bagian hari saat iklan
ditayangkan.
Tak hanya itu
strategi media: Menentukan Tujuan Media, Frekuensi; Jumlah waktu rata-rata,
dalam periode empat minggu di mana para anggota audiens sasaran diekspos kepada
sarana media yang termasuk dalam jadwal media tertentu, kemudian Bobot; Gross Rating Points merupakan
indikator jumlah bobot kotor yang dapat disampaikan jadwal periklanan tertentu.
Secara aritmatika, Gross rating points merupakan hasil dari jangkauan dikalikan
dengan frekuensi. GRPs = Jangkauan (J) x Frekuensi (F)
Strategi Media
dalam GRPs pada praktik. Dalam praktiknya, penentuan GRPs dilakukan dengan
menjumlahkan peringkat yang diperoleh setiap sarana. Peringkat: bagian dari
audiens sasaran yang diekspos kepada suatu kejadian di sarana periklanan di
mana merek pemasang iklan diiklankan. Effective Rating Points (ERPs); Muncul
sebagai evaluasi terhadap GRPs. ERPs menunjukkan efektivitas media, yang
mengukur seberapa seringnya para anggota audiens sasaran mempunyai kesempatan
untuk diekspos dengan pesan - pesan periklanan atas merek fokal.
Pada strategi media, Kontinuita; Bagaimana iklan
dialokasikan selama ditayangkannya suatu kampanye periklanan. Jadwal yang kontinu Jumlah uang yang sama
diinvestasikan sepanjang kampanye. Pulsing Digunakan beberapa iklan selama
setiap periode kampanye, tetapi jumlahnya sangat bervariasi dari periode ke
periode. Flighting Pemasang iklan mengeluarkan biaya yang bervariasi selama
kampanye dan tidak mengalokasikan biaya pada beberapa bulan.
Tidak ada satu
strategi media yang mutlak akan berhasil dilakukan. Hal tersebut tergantung
pada berbagai faktor. Terdapat dua model periklanan; Kuat, “periklanan penting untuk mengajarkan konsumen
mengenai merek dan mendorong pembelian”. Lemah, “iklan hanya untuk mengingatkan
konsumen tentang merek-merek yang biasanya sudah terkenal”. Dengan berbekal
pengetahuan akan kekuatan merek, maka pemasar akan dapat menentukan model apa
yang akan digunakan.
2 Hubungan
PR dengan media massa
Ternyata di dalam membina hubungan PR dengan media
menimbulkan banyak pertanyaan
tentang bagaimana praktik dan fakta yang ada dilapangan serta banyaknya
organisasi yang tetap memilih/menujuk seorang media relations dari luar
organisasi, ini tentu tidak bisa disama ratakan. Pertama mungkin saja dalam
departemen PR (humas) organisasi tersebut belum memiliki staff media relations
yang memang dekat dan memiliki hubungan baik dengan media atau lebih pada soal
efektivitas dan simplisitas. Tak ada yang salah dengan dua pertimbangan ini.
Karena urusan menjaga, menjalin dan membina hubungan baik dengan media memang bukan sesuatu hal yang
mudah. Secara sederhana bisa diilustrasikan bahwasanya menjalin hubungan baik
dengan media ini seperti halnya kita menjalin hubungan dengan pasangan. Sangat
kompleks dan banyak hal yang musti diperhatikan. Dengan demikian tak ada
salahnya organisasi mempercayakan hal ini kepada orang yang memang memiliki
selain network ke media juga kedekatan hubungan dengan masing-masing media
termasuk memahami secara baik seluk-beluk media massa. Terlebih dewasa ini
telah banyak jasa media relations uang ada, baik itu secara personal maupun ada
terorganisir.
Faktor
lainnya adalah biaya. Kebanyakan jasa media relations yang ditawarkan selain
sangat terjangkau, hasil yang diberikan pun juga cukup professional dan
memuaskan. Hal tersebut mungkin dianggap lebih praktis bagi beberapa organisasi,
namun demikian bagi sebagian organisasi lainnya lebih memilih menggunakan jasa
PR secara menyeluruh dengan mengundang atau menunjuk perusahaan yang bergerak
di bidang PR Consultant atau tak sedikit organisasi yang memilih memberdayakan
peran dan fungsi PR di dalam organisasinya dengan mengikutsertakan staff PR,
corporate secretary atau external communications atau departemen lain ke
berbagai pelatihan baik secara general membahas tentang PR atau secara khusus
tentang media relations yang di dalamnya terdapat banyak hal mulai dari
pemetaan media (mediascape), pemahaman alur kerja media hingga bagaimana cara
berhadapan dan menjalin hubungan dengan media, bagaimana membuat sebuah event
yang menarik dan melibatkan media serta aspek-aspek lainnya hingga teknik penulisan naskah Public
Relations. Hal ini bisa jadi adalah pilihan tepat guna mencetak staff yang
handal berkenaan dengan komunikasi sehingga mampu menjalankan fungsi PR sebagai
jembatan antara organisasi dengan publiknya.
Fakta yang
terjadi dilapangan, baik media relations officer maupun independent media
relations menjalankan fungsinya lebih dari sekedar menjalin dan menjaga
hubungan baik kepada para wartawan (media) dengan berusaha secara aktif
memenuhi kebutuhannya akan informasi guna mendapatkan publisitas bagi
organisasinya. Seorang media relations officer atau independent media relations
juga harus menjalankan
fungsinya dalam mempersiapkan, mengatur dan menyelenggarakan event (press conference / editor gathering
/ lainnya) termasuk juga melakukan fungsi memonitor, kliping dan menganalisa
publisitas (atau sering disebut sebagai aktivitas event management) yang ada
terkait dengan pemberitaan organisasi.
Di tingkatan
ini, media relations officer setelah menyelesaikan tahapan-tahapan dalam event
management hingga membuat sebuah report dari kegiatan publisitas tersebut
kemudian menyerahkannya ke public relation officer / manager yang selanjutnya
dibahas di tingkat manajemen. Hasil dari kegiatan ini kemudian bisa digunakan
sebagai masukan maupun bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan
organisasi selanjutnya. Seorang media relations officer kemudian kembali menjalankan
fungsinya dalam berusaha menjalin dan membina hubungan
baik dengan media termasuk menindak lanjuti program publisitas yang
diselenggarakan. Ada beberapa kegiatan yang biasa dilakukan setelah event
berlangsung yang bertujuan untuk tetap menginformasikan program dari kegiatan
yang telah dijalankan. Misalkan acara tersebut adalah acara press conference
dalam rangka ”Paparan Publik dan Penawaran Perdana Saham (Initial Public
Offering / IPO). Untuk jenis kegiatan ini kerja media relations belumlah
selesai setela menyerahkan laporan publisitas atas kegiatan tersebut. Hal ini
dikarenakan ada langkah-langkah lanjutan terkait dengan program IPO sebuah
perusahaan, yakni waktu bookbuilding, kemudian tahap masa penawaran, masa
penjatahan dan masa pencatatan di Bursa. Untuk event ini kerja seorang media relations
dituntut sangat ekstra keras dan senantiasa mengikuti perkembangan disatu sisi
dan di sisi lain seorang media relations juga secara continue akan dihubungi
oleh pihak media yang selalu ingin tahu perkembangan program organisasi.
Sehingga selain kecepatan informasi yang dibutuhkan media harus dipenuhi,
seorang media relations juga harus pandai-pandai dalam menghadapi media dan
manajemen. Waktu kerja dan tingkatan tuntutan
kerja seorang media relations dalam event ini tentu akan berbeda dengan event
lainnya, seperti event launching, special event, event RUPS, dan event lainya
yang bersifat sekali selesai. Di sinilah seorang media relations juga
menjalankan fungsinya sebagai seorang event organizer. Bedanya event organizer
(eo) secara umum bersentuhan dengan publik yang luas sedangkan seorang media
relations yang event organizer ini lebih fokus pada media sebagai publik.
Dari
pemaparan di atas, kalau boleh disederhanakan pemahaman akan fungsi dan peran
media relations officer dalam organisasi adalah menjalankan fungsi dan perannya
sebagai eksekutor atau perpanjangan tangan dari rencana dan program PR, namun
demikian jika dilihat
dari praktiknya dilapangan, seorang media relations officer adalah event
organize bagi organisasi. Berbeda dengan seorang independent media relations,
dalam organisasi biasanya selain menjalankan program dan rencana PR dari
organisasi yang menunjuknya juga dituntut secara kreatif dan inovatif untuk
memberikan sebuah program media yang baik dan menguntungkan. Lebih jauh, seorang
independent media relations juga harus memberikan service yang menyeluruh mulai
dari konsep, perencanaan dan penanganan event maupun dalam menghadapi media
termasuk mempersiapkan konsep dan format undangan media, prss release yang
kemudian dikemas dalam bentuk press, kita
juga secara professional menjalankan tugasnya dalam melakukan monitoring,
tracking, analisa dan reporting.
Sekali
lagi, seiring dengan perkembangan dan tuntutan jaman menurut saya tak ada
salahnya bagi individu yang memutuskan untuk terjun secara professional menjadi
seorang media relations. Tentu saja penguasaan akan hal teknis, netwoking yang
bagus kepada media, pemahaman tentang public relations, kemampuan menganalisa
dan menanggapi
perkembangan opini publik serta penguasaan aspek-aspek terkait dengan peran dan
fungsi Public Relations menjadi syarat mutlak. Penguasaan teori itu sangat
penting, namun kesiapan menghadapi
dunia nyata terkait dengan dunia komunikasi dan khususnya media menjadi hal
yang tak kalah pentingnya.
Media
berfungsi sebagai sarana penyebarluasan informasi tentang perusahaan kepada
khalayak. Public relations harus memandang media sebagai mitra kerja
yang saling mendukung, media adalah patner kerja Public relations. Public
relations bertanggung jawab menyampaikan dan menerima informasi dari
khalayak sedangkan media bertanggung jawab menjalankan hak publik untuk
memperoleh informasi. Maka hubungan PR dengan media itu
saling berkaitan erat dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Namun tidak bisa dipungkiri, dalam
realita praktik Public relations masih muncul perbedaan
mendasar antara Public relations dan media. Perbedaan ini
terjadi karena Public relations dianggap representasi perusahaan dan
media adalah representasi khalayak. Sebagai representasi perusahaan, tentu Public
relations berupaya meningkatkan citra positif melalui media. Sebagai
representasi khalayak, media berupaya kritis terhadap informasi yang
disampaikan Public relations.
Wujud
nyata dari perbedaan ini tampak pada prinsip yang diakui oleh para praktisi Public
relations, yaitu: “Bad news is good news”. Artinya peristiwa yang
buruk atau negatif tentang perusahaan cenderung ”disukai” pers. Tanpa diundang
atau disuruh, pers dengan cepat dapat “mencium” peristiwa itu dan dengan senang
hati memberitakannya. Bahkan bisa jadi peristiwa yang semula berskala kecil
menjadi besar. Tugas berat Public relations
adalah menjaga agar jangan sampai muncul informasi negatif tentang perusahaan yang
dimuat media. Sekali informasi negatif muncul di media, maka opini
publik bisa terbentuk dengan cepat. Dampaknya citra perusahaan akan jatuh.
Keberhasilan Public relations dalam mencegah munculnya informasi negatif
ini bisa dijadikan indikator keberhasilan kerja seorang Public relations.
Seperti prinsip: “Bad news is bad
public relations” (berita buruk adalah Public relations yang
buruk).
Mengapa
“berita buruk tentang perusahaan dianggap Public relations yang buruk?”.
Terlepas dari sifat media yang disebut di atas yang cenderung berbeda dengan Public
relations, sebenarnyap Public relations bisa mengurangi munculnya
berita-berita yang negatif. Berita-berita negatif dipandang dari
pendekatan Public relations dimungkinkan terjadi karena: Tersumbatnya saluran komunikasi antara perusahaan dengan karyawan,
dengan konsumen, dan lainnya termasuk dengan media; PR gagal
memposisikan sebagai “dominat-coalition”, baik di level top-management
atau pun di level grass-roots; Hubungan media yang kurang baik, akses
media untuk memperoleh informasi terbatasi atau media tidak puas terhadap
informasi yang disampaikan perusahaan.
Seiring
dengan perkembangan yang ada dan tingginya kebutuhan organisasi akan tenaga yang menguasai
secara baik seluk beluk media dengan network dan kedekatannya, kini tumbuh dan
berkembang pula jasa yang mengkhususkan pada bidang media relations ini. Dua
hal ini menjadi pertimbangan utama dalam penyuguhan materi media relations
antara teori dan fakta dilapangan selain juga adanya permintaan tentang
bagaimana menggunakan media massa untuk keuntungan perusahaan atau juga buat
keuntungan diri anda sendiri. Tentu sudah sangat dimengerti bahwa secara teori,
media relations memiliki fungsi atau peran pertama berkenaan dengan komunikasi,
kedua berkenaan dengan pemberian informasi atau memberi tanggapan pada
pemberitaan media atas nama organisasi atau klien. Kenapa demikian? Hal ini
lebih dikarenakan dewasa ini media massa sudah menjadi bagian dari banyak
orang. Nyaris tak ada kegiatan yang tak melibatkan media massa dalam kehidupan
kita. Oleh karenanya, organisasi mau tidak mau membutuhkan sebuah hubungan baik
dengan media yang oleh praktisi PR menjadi salah satu roh penting dalam
aktivitas Public Relations.
Frank
Wylie (mantan ketua Masyarakat Public Relations Amerika (PRSA/Public Relations
Society of America) — dalam Interpreter, mei 1997 mengemukakan sebuah penemuan
yang menarik terkait dengan aktivitas atau kerja seorang Public Relation
Officer. Dalam uraiannya ini Frank memilahnya menjadi antara Senior Public
Relations Officer dan Junior Public Relations Officer tentang bagaimana
masing-masing menjalankan fungsinya. Menurutnya, Public Relation Officer
(Senior) 10% waktunya dihabiskan untuk hal-hal teknis, kemudian 40% nya untuk
urusan administratif, dan sisanya 50% untuk menganalisa dan menilai. Kemudian
bagi junior public relations officer, 50% waktunya dihabiskan untuk hal-hal
teknis, kemudian 5% nya untuk urusan penilaian, dan 45% sisanya untuk
menjalankan apa saja.
Hal teknis
di atas terkait dengan ketrampilan kita dalam menulis siaran pers, membuat
laporan liputan media atau mendokumentasikan kegiatan sedangkan analisis adalah
kegiatan yang membutuhkan intligensia tentang bagaimana menghadapi/ menanggapi opini publik, membaca
kecenderungan, atau merumuskan permasalahan berdasarkan berbagai data yang
dimilikinya.
Pemaparan
di atas memang tidak secara spesifik berkaitan dengan fungsi dan tugas seorang
media relations officer, melainkan penekanan pada kompetensi seorang PR yang
selain harus memiliki kemampuan teknis juga harus menguasai dan mampu membuat
sebuah analisa akan perkembangan opini publik atau perusahaan/ organisasi.
Kembali lagi kepada definisi media relations, secara teori media relations
adalah berhubungan dengan para wartawan dalam upaya untuk membina hubungan yang
baik dengan media siaran, cetak, dan online. Dari sini Media Relations Officer
bisa juga disebut sebagai perpanjangan tangan PR dalam membina hubungan baik
dengan media massa. Melihat tugas media relations tersebut jelas bahwasannya
peran seorang media relations dalam menyukseskan program dan perencanaan
strategi PR menjadi sangat penting walaupun tetap saja bisa disebut sebagai
seorang executor dari program-program PR.
3. Urgensi
media
Urgensi
media dalam komunikasi tidak
selamanya bersentuhan dengan hal - hal yang kongkrit, baik dalam konsep maupun
faktanya. Bahkan dalam realitasnya seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang
bersifat kompleks, maya dan berada di balik realitasnya. Karena itu media
memiliki andil untuk menjelaskan hal - hal yang abstrak dan menunjukan hal -
hal yang tersembunyi. Ketidak jelasan atau kerumitan, dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Bahkan dalam hal - hal tertentu media dapat mewakili kekurangan
seseorang dalam mengkomunikasikan materinya. Namun perlu diingat bahwa peranan
media tidak akan terlihat apabila penggunaanya tidak sejalan dengan esensi
tujuan yang telah dirumuskan. Karena itu
tujuannya
harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan
maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran tetapi sebagai penghambat
dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Sebagai pentingnya peran media dalam pengajaran, namun tetap tidak bisa menggeser peran seseorang, karena media hanya berupa alat bantu yang memfasilitasi seseorang dalam pengajaran. Oleh karena itu tidak dibenarkan menghindar dari kewajibannya sebagai pengajar untuk tampil di hadapan orang – orang dengan seluruh kepribadiannya.
Sebagai pentingnya peran media dalam pengajaran, namun tetap tidak bisa menggeser peran seseorang, karena media hanya berupa alat bantu yang memfasilitasi seseorang dalam pengajaran. Oleh karena itu tidak dibenarkan menghindar dari kewajibannya sebagai pengajar untuk tampil di hadapan orang – orang dengan seluruh kepribadiannya.
Dalam
proses belajar, fungsi media menurut Nana Sudjana yakni: Penggunaan
media dalam proses belajar, tetapi
mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif, Penggunaan media
pengajaran merupakan bagian yang integral
dari keseluruhan situasi belajar.
Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus
dikembangkan, Media
dalam pengajaran penggunaannya bersifat integral dengan tujuan dan isinya, Penggunaan media bukan semata -
mata sebagai alat hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses
belajar supaya lebih menarik perhatian khalayak, Penggunaan media dalam proses pembelajaran lebih
diutamakan untuk mempercepat proses belajar dan membantu khalayak dalam menangkap pengertian yang
diberikan, Pengguna
media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar.
Lebih detail lagi penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah: Menarik perhatian khalayak, Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran, Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis ( dalam bentuk kata - kata tertulis atau lisan), Mengatasi keterbatasan ruang, Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, Waktu pembelajaran lebih dikondisikan, Menghilangkan kebosanan seseorang dalam belajar, Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/ menimbulkan gairah belajar, Melayani gaya belajar yang beraneka ragam, Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan seseorang dalam kegiatan pembelajaran.
Peranseseorang dalam inovasi dan pengembangan media pengajaran sangat diperlukan, dapat dikatakan sebagai pemain yang sangat berperan dalam proses belajar, yang hendaknya dapat mengolah kemampuannya untuk membuat media pengajaran lebih efektif dan efisien. Perkembangan jaman yang begitu pesat dewasa ini membuat khalayak semakin akrab dengan berbagai hal yang baru, seiring dengan perkembangan dunia informasi dan komunikasi. Dengan demikian penggunaan media dalam pengajaran merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses belajar yang dialami seseorang tertumpu pada berbagai kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri seseorang dengan menggerakkan segala sumber belajar dan cara belajar yang efektif dan efisien. Dalam hal ini, media pengajaran merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam membantu terjadinya proses belajar.
Lebih detail lagi penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah: Menarik perhatian khalayak, Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran, Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis ( dalam bentuk kata - kata tertulis atau lisan), Mengatasi keterbatasan ruang, Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, Waktu pembelajaran lebih dikondisikan, Menghilangkan kebosanan seseorang dalam belajar, Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/ menimbulkan gairah belajar, Melayani gaya belajar yang beraneka ragam, Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan seseorang dalam kegiatan pembelajaran.
Peranseseorang dalam inovasi dan pengembangan media pengajaran sangat diperlukan, dapat dikatakan sebagai pemain yang sangat berperan dalam proses belajar, yang hendaknya dapat mengolah kemampuannya untuk membuat media pengajaran lebih efektif dan efisien. Perkembangan jaman yang begitu pesat dewasa ini membuat khalayak semakin akrab dengan berbagai hal yang baru, seiring dengan perkembangan dunia informasi dan komunikasi. Dengan demikian penggunaan media dalam pengajaran merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses belajar yang dialami seseorang tertumpu pada berbagai kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri seseorang dengan menggerakkan segala sumber belajar dan cara belajar yang efektif dan efisien. Dalam hal ini, media pengajaran merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam membantu terjadinya proses belajar.
Kata media
berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Asosiasi Teknologi dan
Komunikasi di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gegne mengatakan bahwa media adalah jenis komponen dalam lingkungan khalayak yang
dapat meransangnya untuk belajar. Sementara Briggs berpendapat bahwa media
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta meransang khalayak
untuk belajar. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat
dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang
diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat meransang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Urgensi media dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi
pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme.
Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh seseorang tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran seseorang itu sendiri. Dalam kondisi seperti ini, pengajar lebih banyak berfungsi
sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, seseorang sebaiknya
secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar, berupa lingkungan. Bertitik
tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar pada hakikatnya
adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi
ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Penyampaian
pesan ini bisa dilakukan melalui simbol-simbol komunikasi
berupa simbol-simbol verbal dan
non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan
(Criticos, 1996).
Urgensi Media dan Public RelationsPembicara : Ipung
Purwanto, S.Sos dalam Sebuah media dapat menjadi
senjata, sahabat, maupun musuh. Ketika kita menguasai media, kita mampu
melakukan apapun. Media diposisikan sebagai “padang bermata dua”.Media
merupakan cara yang efektif untuk membangun, menjaga, dan meningkatkan citra
atau reputasi organisasi di mata stakeholder. Media juga sebagai perpanjangan
tangan suatu institusi untuk berbicara dengan publik.Cara meningkatkan hubungan
menggunakan media :1. Mempunyai contact person2. Mengenal secara personal3.
Kontak rutin4. Sampaikan informasi informal sebelum resmi5. Pelihara pertukaean
informasi yang terbuka dan realistisFungsi media :1. Mendidik2. Mengawasi3.
Menginformasi4. Menghibur5. MemobilisasiHal-hal penting public relations-media
masa1. The editorial policy (Kebijakan Redaksional)ketentuan yang disepakati
oleh redaksi media massa tentang kriteria berita atau tulisan yang boleh dan
tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah, atau ungkapan yang tidak
boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media. Dalam media
radio/TV, kebijakan redaksi soal penggunaan bahasa dituangkan dalam standar
kata siaran. Di media cetak (suratkabar, majalah, tabloid), kebijakan itu
dirinci dalam ”buku gaya bahasa” (style book) atau buku pedoman penggunaan
standar kata/ bahasa untuk keseragaman penulisan. Gaya penulisan itu harus
ditaati oleh wartawan agar terjadi keseragaman dalam teknis penulisan
kata-kata, gaya bahasa atau kalimat, dan istila (Salachuddin, 2008).2.
Publication Frequency (frekuensi publikasi)Artinya naskah publikasi
dilakukan/diterbitkan setiap berapa kali per satuan waktu.3. Copy dateYaitu
batas waktu dan tanggal pemasokan berita ke media massa, termasuk untuk isu
berita mendatang. Tergantung frekuensi dan proses pencetakan (Yusuf, 2011).4.
Printing processyaitu jenis pencetakan media massa yang digunakan seperti
letterpress (relief), photogravure (intaglio), lithography (planografi),
flexography,silk screen (stencil), offset litho atau cetak jarak jauh yang kini
mulai populer di berbagai belahan dunia Yusuf, 2011).5. Readership
profileMerupakan bagian penting dari proses marketing untuk melakukan riset
pasar dalam rangka membangun profil customers.6. Distribution methodYaitu cara
penyebaran media tersebut. Misahnya, dijual eceran di toko buku, eceran
langsung di terminal, rumah ke rumah, atau berlangganan.
Menurut
Association for Education and Communication Technologi (AECT) media adalah
segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Sedangkan National Education Association (NEA) menyatakan
bahwa media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca
atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam
kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program
instruksional. Vernon S. Gerlach dan
Donald P. Ely, menegaskan
bahwa media adalah sumber belajar. Secara luas dapat diartikan dengan manusia,
benda, ataupun peristiwa yang membuat kondisi khalayak mungkin memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pengajaran. Sering kali kata media digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik, dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.
Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, dapat dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung didalamnya yaitu; Media ini memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hard ware (perangkat keras) yang dapat di lihat, didengar atau diraba dengan panca indera, Media memiliki pengertian non fisik yang di kenal sebagai software (perangkat lunak) yang berupa kandungan pesan, Penekanan media terdapat pada audio dan visual, Media ini jug memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun diluar, Media digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi khalayak dalam proses belajar, Media dapat digunakan secara massa dan individu, Sikap, perbuatan, organisasi, strategi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pengajaran. Sering kali kata media digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik, dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.
Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, dapat dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung didalamnya yaitu; Media ini memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hard ware (perangkat keras) yang dapat di lihat, didengar atau diraba dengan panca indera, Media memiliki pengertian non fisik yang di kenal sebagai software (perangkat lunak) yang berupa kandungan pesan, Penekanan media terdapat pada audio dan visual, Media ini jug memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun diluar, Media digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi khalayak dalam proses belajar, Media dapat digunakan secara massa dan individu, Sikap, perbuatan, organisasi, strategi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
Landasan
Teoritis penggunaan media memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, perubahan sikap dan prilaku dapat terjadi karena
interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami
sebelumnya. Menurut Brunner ada tiga tingkatan modus utama belajar yaitu
pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktoral/gambar (iconic), dan
pengalaman abstrak ( simbolik).
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience.
Hasil
belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di
linkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada
lambing verbal (abstrak). Semakin
ke atas di puncak semakin abstrak media
penyampaian pesan itu. Dasar pengembangan bukanlah
tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan-jumlah jenis indera yang turut
serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan
memberi kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan
yang terkandung dalam pengalaman itu (
learning by doing ). Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika
pesan itu dituangkan ke dalam lambang-lambang seperti chart,grafik atau kata.
Ciri- ciri media Menurut Gerlach dan Ely
mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan
dan apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang layak digunakan dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut: Fiksatif
(fixative property) Media
pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan
merekonstruksi suatu peristiwa/objek, Manipulatif
(manipulative property) Transformasi kejadian yang memakan waktu berhari-hari
dapat disajikan kepada khalayak dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik
pengambilan gambar time-lapse recording, Distributif (distributive property)
Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.
Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.
Media
pembelajaran adalah, suatu cara, alat, atau proses yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan berlangsung dalam
proses pendidikan. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
mermbangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap khalayak. Dari definisi diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengertian media adalah
sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan,
dan kemauan khalayak sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar.
4. Konsep
media relation
Mengutip definisi PRSSA, Stanley J Baran 92004, 361) Mendeefinisikan media
relation “ sebagai The Public Relation Profesional Maintain Good relation with
professional in the media understand their deadlines and other restrains, and
earn their trust. Philip Lesley (1991: 7 memberikan
Definisi media relation sebagai hubungan dengan media
komunikasi untuk melakukan publisitas atau mersepon kepentingan media terhadap
kepentingan organisasi. Yosal Iriantara (2005:32)
mengartikan media relation merupakan bagian dari public relation eksternal yang
membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana
komunikasi antara organisasi dengan public untuk mencapai tujuan
organisasi.
TUJUAN PENGGUNAAN
MEDIA DALAM PR
1.
Membantu mempromosikan dan menigkatkan penjualan
produk dan jasa
2.
Menjalin komunikasi berkesinambungan
3.
Meningkatkan kepercayaan public
4.
Meningkatkan citra baik perusahaan/ organisasi
TUJUAN MEDIA
RELATION
Bila suatu perusahaan menjalankan program media relation, pada umumnya
adalah perusahaan yg sangat membutuhkan dukungan media massa dalam pencapaian
tujuan organisasi, cecara rinci tujuan media relation menurut Rachmadi dan Diah
Wardani :Untuk memperoleh publisitas seluas mungkin mengenai kegiatan serta
lembaga, Untuk memperoleh tempat dalam
pemberitaan media, Untuk memperoleh umpan balik dari
masyarakat mengenai upaya dan kegiatan organisasi, Mewujudkan
hubungan yg stabil dan berkelanjutan yg dilandasi oleh saling percaya.
MANFAAT MEDIA RELATION
Hubungan yg tercipta baik antara
organisasi dg media yang diwakili oleh praktisi PR
diharapkan akan lebih positif, sehingga akan terlihat manfaat dari adanya media
relations, Yaitu:
- Membngun pemahaman mengenai tugas dan tanggung jawab organisasi dan media massa
- Membangun kepercayaan timbal balik dengan prinsip saling menghormati, menghargai, kejujuran serta kepercayaan
- Penyampaian informasi yg akurat, jujur dan mampu memberikan pencerahan bagi public.
PRESS RELATIONS menjadi MEDIA RELATIONS
Menurut kepustakaan lama PR, istilah
umum yang dipergunakan untuk hubungan dengan media adalah
Press Relation atau hubungan pers. Istilah pers sendiri juga sering diidentikan
dengan media cetak. Bahkan banyak kegiatan dalam media relation menekankan
betul pada penjalinan hubungan baik dengan media cetak tersebut. Istilah
Press Relations masih banyak dipergunakan sampai saat ini termasuk untuk
menggambarkan hubungan dengan media penyiaran atau online. Dengan banyaknya
media diindonesia timbul fenomena “Dunia Sesak Media” (Media Saturated World),
kenyataan inilah yang dalam dunia PR dinamakan sebagai Media Relation. diberbagai
Negara istilah media relation dipergunakan sebagai nama salah satu unit pada bagian atau
departemen PR nya. Saat ini semua bagian dari sebuah organisasi atau perusahaan
yang memiliki departemen ke PR-nya menyebut Divisi yang
berhubungan dengan Pers
disebut Media Relation. Suatu orgnisasi kerap dilukiskan
sebagai satu organisasi hidup. Karena itu organisasi dipandang berdasarkan
siklus hidup satu organisme. Ada saat kelahiran, keremajaan, kematangan dan
kemudian memasuki masa jompo untuk akhirnya mati. Cara pandang terhadap
organisasi yang seperti itu, membuat kita mengenal konsep tahapan perkembangan
organisasi.
Dalam dunia PR sering dinyatakan bahwa PR adalah
fungsi manajemen satu organisasi, maka selama organisasi tersebut ada maka PR
pastilah ada. Bisa jadi memang tidak ada divisi PR dalam organisasi itu, namun
fungsi PR sebagai fungsi manajemen organisasi tentulah ada.
Peranan Media Relation : Media
relation sebagai bagian dari PR tentu saja mengikuti langkah-langkah standar
PR. Standar kegiatan atau proses PR meliputi: Pengumpulan
fakta (fact finding), dengan cara penelitian, menganalisis
pemberitaan media (trend analysis), merumuskan
permasalahan berdasarkan hasil penelitian atau kajian, Perencanaan
dan penyusunan program, berdasarkan permasalahan yang sudah
dirumuskan, Menjalankan rencana dengan tindakan
komunikasi, dan Evaluasi
terhadap semua rangkaian kegiatan dan program PR.
Preoses PR dapat saja
dijalankan sebagai salahsatu strategi komunikasi yang dijalankan
organisasi, artinya setelah kita merumuskan permasahan, menganalisis
kemungkinan penyelesaiannya dan merumuskan kebijakan yang diambil,
didalamnya sudah
diperhitungkan dimensi Media Relations evaluasi tersebut pada umumnya untuk melihat
pengaruh jangka pendek (keluaran program dan pengaruh jangka panjang (dampak
program). Sebagai salah satu unit kerja atau
fungsi pada departemen PR maka dengan sendirinya
apa yang dilakukan dlm Media Relation
mengacu pada tugas pokok
dan fungsi PR dalam
organisasi. Dalam menjalankan kegiatan atau program, seorang MR
adalah Handcraft dan Brain craft. Tidak hanya menguasai kemampuan teknik saja
seperti menulis siaran pers atau menyiapkan materi presentasi untuk konfrensi
pers, tetapi juga kemampuan membaca dan menganalisis opini public dan
menyiapkan tindakan yg diperlukan bila ternyata opini public tersebut kontra
produktif atau negative bagi organisasi. Secara spesifik, dibawah ini merupakan
konpetensi PR yang harus dimiliki dalam menjalankan aktivitas, media relation,
yaitu: kemampuan
menulis dengan bahasa
jurnalistik yang baik & membuat konsep pidato, wawsan yang luas
melalui pemahaman perkembangan isu dimedia & masyarakat & hal lain dengan media, menguasai
pengetahuan komunikasi persuasi dan personal, menguasi
produk/corporate knowledge, menguasai komunikasi yang efektif, memiliki
kemampuan sebagai narasumber media yang kredibel.
5. Peran
media massa
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, media berarti sarana atau alat, media massa
berarti sarana komunikasi bagi masyarakat bisa berupa koran, majalah, tv,
radio, internet, telepon, dsb. Media cetak yaitu alat komunikasi massa yang
diterbitkan dalam bentuk cetakan seperti koran atau majalah. Media elektronik
berarti media yang berupa elektronik seperti tv dan radio ( Fajri & Senja,
2003:557). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan
dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi
mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa
terdiri dari media cetak, media elektronik, dan media online. Media cetak itu
seperti koran, majalah, suratkabar, tabloid, buku, dsb. Media elektronik yaitu
tv, radio, dan film. Media online adalah informasi yang kita dapat melalui
internet(cyber).
Peranan
Media Massa
Denis
McQuail (1987) mengemukakan sejumlah peran yang dimainkan media massa selama
ini, yakni : Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta
menghidupkan industri lain utamanya dalam periklanan / promosi, Sumber
kekuatan : alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat, Lokasi
(forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat, Wahana
pengembangan kebudayaan : tatacara, mode, gaya hidup, dan norma, Sumber
dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.
Fungsi Media Massa
Fungsi media
massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa sebagaimana dikemukakan para ahli
sebagai berikut: Harold D. Laswell:
Informasi (to inform), Mendidik (to educate),Menghibur
(to entertain). Wright: Pengawasan
(Surveillance), terhadap ragam peristiwa yang dijalankan melalui proses
peliputan dan pemberitaan dengan berbagai dampaknya, Menghubungkan
(Correlation), mobilisasi massa untuk berpikir dan bersikap atas suatu
peristiwa atau masalah, Transmisi Kultural (Cultural
Transmission), pewarisan budaya, sosialisasi, Hiburan
(Entertainment). De Vito: Menghibur, Meyakinkan, Menginformasikan, Menganugerahkan, Membius, Menciptakan
rasa kebersatuan.
Pengaruh Media Massa terhadap
Masyarakat
Media massa
mempunyai peran dan fungsi sehingga media massa dapat member pengaruh terhadap
masyarakat, baik pengaruh negatif maupun positif. Dari segi negatif, misalnya
iklan rokok yang menarik akan membuat anak-anak yang melihatnya tertarik untuk
mengonsumsi rokok. Acara-acara TV yang isinya menggunakan tipuan mata, aksi,
atau hal-hal yang ekstrem member dampak buruk bagi penonton yang mungkin akan
menirunya. Seperti tayangan sportainment di salah satu stasiun TV swasta
beberapa tahun lalu yang sempat heboh karena ditiru oleh anak-anak yang
berakibat adanya kematian dan kecelakaan. Terkadang juga masih banyak
media-media yang menampilkan gambar-gambar atau berita yang terlalu vulgar
(porno). Pemberitaan media yang salah juga dapat mempengaruhi perspektif
masyarakat terhadap suatu masalah yang dibahas. Media massa merupakan sarana
yang besar pengaruhnya terhadap masyarakat. Meskipun tidal semua berita dari
media itu benar 100%.
Sedangkan
dari sisi positifnya media massa mempengaruhi masyarakat adalah misalnya
sebagai media sosialisasi yang paling efektif. Media massa juga membuat
aspirasi mayarakat lebih mudah tersampaikan dengan banyaknya rubrik opini di
berbagai media cetak. Bakat-bakat masyarakat khusunya anak muda juga lebih
banyak diekspos oleh media massa sehingga mendapat apresiasi yang bagus dari
masyarakat lain. Media massa juga membuat masyarakat di daerah lain yang jauh
mengetahui informasi atau berita dari suatu daerah yang berbeda. Pengetahuan
masyarakat juga semakin luas dengan adanya media massa. Dengan banyaknya media
massa juga membantu dengan terciptanya banyak lapangan kerja seperti jurnalis,
penjual koran, dll.
6. Institusi
media
Seluruh dunia
kini sedang memasuki abad informasi dan masyarakat manusia
dalam proses menjadi masyarakat informasi. Menurut Muis, abad atau masyarakat
informasi dapat juga disebut sebagai abad revolusi informasi (A. Muis, 2001:
11-12). Paling tidak, konsep-konsep ini memiliki hubungan antara satu dan
lainnya. Jelasnya, dalam konsep ini, semua bidang kehidupan akan semakin bergantung
kepada informasi. Oleh karena, perkembangannya yang demikian spektakuler, maka
pada level tertentu abad ini dapat disebut sebagai abad revolusi informasi.
Perubahan
besar tersebut sebagai akibat perubahan besar dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, yang berkembang semakin canggih.
Kemajuan itu pun tidak hanya berciri vertikal, tetapi juga berdimensi
horizontal. Kini tidak ada lagi pelosok dunia yang tidak terjangkau oleh
komunikasi canggih (global syndrome). Proses globalisasi hasil-hasil
teknologi komunikasi canggih merupakan kejadian atau perubahan besar yang
hampir tidak memberikan kemungkinan kepada semua negara untuk menolaknya. Revolusi
informasi, sebagai tampak dewasa ini, memang sedang menggetarkan sendi-sendi
masyarakat di seluruh dunia. Gemanya semakin terasa di semua negara yang sedang
berkembang. Hal itu dapat dilihat pada kenyataan semakin menyebarnya
hasil-hasil teknologi komunikasi canggih di semua negara. Semua bangsa semakin
merasakan derasnya tiupan badai revolusi informasi dan komunikasi dan semakin
besarnya kebergantungan berbagai segi kehidupan umat manusia pada informasi. Di masa
mendatang, menurut Muis, kemajuan teknologi komunikasi informasi akan mengalami
loncatan-loncatan yang lebih jauh. Kecanggihan teknologi komunikasi informasi
dapat diramalkan terus berlanjut. Banyak pengamat masalah komunikasi
mengungkapkan, cepatnya pertumbuhan teknologi komunikasi informasi itu belum
bisa diketahui kapan akan mereda. Yang jelas, urai Muis, perubahan itu akan
terus menimbulkan kegoncangan-kegoncangan dan pergeseran-pergeseran pada sistem
komunikasi yang ada di dunia ini (2001: 14).
Kemajuan
teknologi komunikasi informasi ini, selain membawa nilai-nilai yang positif,
juga membawa nilai-nilai negatif. Tidak dapat disangkal, banyak nilai negatif
yang dapat mempengaruhi pola pikir dan prilaku seseorang. Kemajuan teknologi
media, misalnya, telah menimbulkan interaksi nilai dan budaya yang sangat
tinggi antar berbagai bangsa dan negara di dunia. Melalui media; orang, bangsa,
dan negara bisa saling melihat dan berinteraksi dalam banyak hal sehingga akan
terjadi saling pengaruh mempengaruhi. Dengan demikian, dalam hingar bingar
kemajuan teknologi komunikasi informasi, media massa dan peranannya dalam
mempengaruhi masyarakat, patut mendapat perhatian dan dikaji secara
berkesinambungan.
Media Massa: antara Institusi dan Industri
Tatkala
pertama kali menyaksikan sebuah film atau mendengarkan sebuah CD, seseorang
mungkin terkadang bingung dan bertanya mengapa seorang artis, direktur, aktor,
musisi, atau satu gaya khusus, melakukan atau menampilkan sesuatu yang di luar
harapan dan perkiraan. Di belakang pertanyaan itu, ada dugaan bahwa satu
perusahaan media telah menentukan ending baru atas sebuah film atau
membujuk satu kelompok musik untuk menggunakan seorang produser baru. Persoalan
yang ingin dikemukakan di sini adalah bagaimana memahami fenomena ini? (Gill
Branston dan Roy Stafford, 2003: 132). Jika kajian
media mengadopsi prinsip-prinsip pengarang, sebagai cara memahami teks, maka
jawaban atas pertanyaan tersebut menjadi sederhana, “temui dan tanya sang
artis”. Tetapi, kajian media tidak dapat melakukan dengan cara yang sederhana
seperti itu, karena satu produksi media pada pokoknya merupakan proses
industrial-komersil dan berada dalam konteks sosial, politik, dan budaya. Untuk
menggambarkan pengaruh tipe proses produksi yang digunakan dan konteks
produksinya, hal itu terkait dengan dengan apa yang disebut sebagai
“kelembagaan”.
Konsep
“institusi” dalam kajian media kadang-kadang tumpang tindih dengan konsep
“industri” (Gill Branston dan Roy Stafford, 2003), yang pada dasarnya dapat
dipisahkan. Konsep institusi berkaitan dengan ide-ide yang diambil dari
sosiologi, psikologi, dan politik. Karenanya, aspek-aspek kelembagaan aktivitas
media seringkali sulit dimengerti, karena berkait dengan proses dan hubungan
yang kurang nyata dibanding lembaran-lembaran neraca perusahaan atau
kontrak-kontrak pekerjaan. Di sinilah, letak perlunya aspek institusi dan
industri dari sebuah media dikaji dan dipahami terlebih dahulu sebelum lebih
jauh melakukan kajian media dari berbagai sudutnya. O’Sullivan
mengatakan, sebagaimana ditulis Gill Branston dan Roy Stafford, bahwa secara
general institusi adalah pengaturan yang bersifat tetap dan struktur yang
diorganisasikan dari satu masyarakat, sumber-sumber kode sosial utama, aturan
dan hubungan, yang memaksa dan mengendalikan individu-individu dan
kepribadiannya, berdasarkan prinsip dan nilai pokok yang ditekankan menurut
praktek budaya dan sosial yang diorganisir dan dikoordinasikan (2003: 183). Manusia,
seluruhnya berkembang dalam institusi-institusi yang berbeda. Beberapa di
antaranya, ‘formal’, seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, dan sistem
perundangan. Kita adalah bagian dari institusi-institusi ini. Dalam
institusi-institusi formal seperti ini, kita tahu apa yang kita harapkan dari
pelayanan yang dapat mereka berikan; tahu bagaimana bertingkahlaku di dalamnya;
dan membagi semacam toleransi dan kadang-kadang menjadi aktif menghadapi
nilai-nilainya. Selain institusi formal tersebut, terdapat juga institusi
sosial seperti keluarga, gereja, atau hanya sekadar sekelompok orang berteman
yang bertemu dalam aktivitas sosial. Dalam kelompok ini juga, tingkah laku
dikontrol atau diatur, meski ide dan nilai memungkinkan untuk dibagi.
Menjelaskan
media, Jeffress dalam bukunya, mengemukakan istilah institusi sama dengan
organisasi (1986: 65-66). Media massa menurutnya, sangat banyak dan bervariasi.
Mereka berpola bersama-sama dengan organisasi-organisasi tambahan semacam
jaringan TV. Persoalannya bagi Jeffress dalam hal ini adalah bagaimana
karakteristik institusi komunikasi massa dan bagaimana hubungannya dengan
institusi lain seperti keluarga, pemerintah atau ekonomi? Suatu masalah yang
memang selalu menyertai pembahasan media baik sebagai institusi atau
organisasi, maupun sebagai industri. Proses-proses
institusional diorganisasikan, disistimatiskan dan stabil. Dalam organisasi,
peran-peran dikhususkan dan berhubungan di antara sesama mereka yang dilukiskan
dengan jelas; sebagai contoh, oleh para reporter dan editor yang bekerja
memerankan peran dengan harapan tertentu. Tugas relevan yang ditampilkan dalam
organisasi media dikhususkan dan media tetap eksis di luar kehidupan partisipan
individu manapun. Betapa pun, institusi komunikasi massa adalah kompleks,
terkait dengan banyak institusi lain seperti institusi politik, budaya, dan
ekonomi. Demikian
pula, media massa tidak dapat dipandang hanya semata-mata sebagai satu komponen
dari industri pengetahuan, tetapi juga sebagai satu sumber utama hiburan murah.
Dengan begitu, ia dapat pula dipandang sebagai bagian dari apa yang disebut
sebagai industri yang menyenangkan. Karenanya, dalam era modern sekarang ini,
media telah berkembang menjadi salah satu dari dua industri yang paling besar
dan luas jangkauannya.
Sebagai
saluran komunikasi politik dan atau sebagai institusi politik dalam banyak masa
dan tempat, media dapat meraih posisi sebagai kekuasaan keempat (the fourth
estate). Tetapi, sebagai sebuah industri masalahnya menjadi lain.
Peranannya sebagai sebagai kekuasaan keempat sewaktu-waktu “tercecer” ketika
media harus tawar menawar dengan kekuatan pasar dan kekuasaan. Sebagai
industri, media sangat terkait dengan fungsi bisnis. Karenanya, walaupun sulit
dipisahkan antara aspek institusi dan industri dari sebuah media, tetapi dua
aspek media tersebut, jelas punya batas-batas masing-masing.
Fungsi media
massa menurut Charles R. Wright, seperti dikutip Wiryanto (2000: 11-12) ada
empat, yaitu: Surveillance, yakni
fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam
lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan
dengan apa yang disebut ‘handling news”, Correlation, meliputi
fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu
dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini diidentifikasikan
sebagai fungsi editorial atau propaganda, Transmission,
menunjuk
pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma-norma sosial
budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Fungsi ini diidentifikasikan
sebagai fungsi pendidikan, Enterteinment,
menunjuk
pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksudkan untuk memberikan hiburan
tanpa mengharapkan efek-efek tertentu.
Selain fungsi-fungsi teknisnya, media massa juga memiliki kemampuan untuk
mentransformasikan proses-proses politik dan memenangkan revolusi politik,
merubah esensi representasi politik, dan memodifikasi sistem politik. Tetapi,
pengaruhnya tersebut, meski penting dan memiliki jangkauan yang luas, kurang
signifikan dibanding seluruh pengaruh media dalam memelihara sistem politik itu
sendiri dan memperbarui dukungan untuk bangunan ekonomi dan sosial yang
melatarbelakanginya (James Curran, Anthony Smith, dan Pauline Wingate, 1987:
143). Masyarakat
manusia selalu memiliki cara mengekspresikan ide-ide dan emosi-emosi melalui
saluran-saluran seperti penceritaan kisah, tari, musik, dan seni. Media modern
telah meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut berkenaan dengan realisme,
reproduksi, dan distribusi terhadap audiens massa. Dalam pada itu, media massa
tidak hanya meningkatkan kemampuan manusia untuk mengekspresikan apa yang
dipikir dan dirasakannya, tetapi juga telah memanfaatkan media untuk banyak
tujuan dan kepentingan. Sisi lain, memang secara natural, media membawa
pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kehidupan manusia. Untuk
menjelaskan situasi komunikasi di suatu negara atau di suatu kurun waktu, maka
tidak bisa tidak harus dilihat bagaimana kondisi umum di negara tersebut. Media
massa adalah bagian dari sistem masyarakat di mana ia berkembang. Ia hanyalah
organ dari suatu batang tubuh besar bernama negara. Tetapi, tentu saja selain
sekadar menjadi bagian dari sistem, media massa juga bisa memberikan kontribusi
yang cukup penting dalam mengkondisikan perubahan dalam suatu masyarakat.
Memakai analogi yang lain, media diharapkan tidak hanya menjadi “barometer”,
tapi juga “ pengatur suhu” masyarakat.
Idealnya,
menurut Marwah Daud (1995: 86), media komunikasi harus mampu berfungsi sebagai
penggerak dari seluruh aktivitas politik. Politik yang dimaksud di sini adalah
dalam pengertian luas di mana setiap warga negara dilihat sebagai bagian
penting dalam perjalanan hidup suatu bangsa. Jadi, bukan politik dalam artian
sempit, yang semata berurusan dengan kegiatan politik formal, apalagi dengan
mereduksinya menjadi sekadar membincangkan institusi peserta pemilu. Media
komunikasi diharapkan mempunyai andil dalam mendorong prakarsa dan peran serta
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk bisa menjalankan
fungsi ini, media massa harus merefleksikan sebanyak mungkin wajah yang ada
dalam masyarakat, mengangkat sebanyak mungkin dimensi yang ada dalam negara,
dan harus bisa memasuki relung kehidupan di sebanyak mungkin lorong republik.
Dengan kata lain, media komunikasi diharapkan dapat menghimpun segenap serpihan
pendapat yang berserakan dalam masyarakat dan menyusunnya dalam konfigurasi
mosaik yang menawan dan bermakna.
Sayangnya,
kelemahan-kelemahan media massa masih sering dijumpai, baik dalam tatanan
regional, nasional maupun dalam tatanan global. Kelemahan-kelemahan media
yang patut mendapat perhatian, antara lain: pertama, sistem komunikasi
nasional dan global masih berpola vertikal dan timpang. Yang terjadi adalah
monolog dengan “kesempatan” bicara lebih besar pada kalangan yang maju dan
berkuasa. Isi pesan masih sangat didominasi oleh negara maju. Kedua, media
massa terutama televisi yang jangkauannya kian luas, masih mengembangkan fungsi
hiburan. Fungsi pendidikan dalam artian terencana dan luas, jika tepat disebut
begitu, terasa begitu kerdil. Media elektronika, terutama televisi, dijejali
dengan film hiburan, musik, dan semacamnya. Ketiga, media massa tampak
lebih menghidupkan sikap konsumtivisme dan hedonisme, belum mendorong secara
meyakinkan munculnya inisiatif rakyat untuk meningkatkan produktivitasnya.
Gambaran di media massa terkesan masih memperlihatkan cara hidup mewah. Keempat, kemajuan
teknologi komunikasi terkesan elitis, lebih dan kian menguntungkan segmen kecil
dari masyarakat. Dari segi isi, media cenderung meng”cover” elit,
penguasa, dan orang glamour. Kondisi, aspirasi, dan problema hidup dari
golongan bawah dengan segala romantikanya terkesan tak mendapat sentuhan
memadai (Marwah, 1995: 80-81).
Media massa memang selalu
diperhadapkan pada banyak pilihan dan situasi bahkan mungkin tekanan dari pihak
tertentu. Media massa berada antara keleluasaan dan ketidakbebasan. Menghadapi
pilihan-pilihan tersebut, media diperhadapkan pada dua hal, yaitu: pertama,
mengorbankan idealisme dan atau, kedua, sadar untuk menghasilkan isu-isu
yang penting dan bermanfaat bagi masyarakat.
Casinos Near The Stars Casino in Scottsdale, AZ - JTM Hub
BalasHapusFind the best Casinos 광주광역 출장안마 Near The Stars Casino, Hotels, 통영 출장샵 & Hotels 경상남도 출장샵 in Scottsdale, AZ. Find your perfect getaway, 남원 출장안마 hotel, spa, 광양 출장샵 and more.